Semua orang dari kemarin masih ngobrolin final UCL antara Borsia Dorthmund dan Bayer Munchen, emang laga itu seru banget buat di tonton semua team saling menyerang dan akhirnya Bayer Munchen pun menjadi juara dengan skor 2-1, kemenangan ini membawa Bayer Munchen meraih trofi ke 5 di UCL menyamai team kesayangan gue Liverpool.
Tapi dari final UCL tadi gue jadi teringat final UCL 8 tahun yang lalu, dimana saat itu final UCL berada di Istanbul mungkin ga ada yang seseru final UCL 2005 saat Liverpool meraih gelar UCL ke limanya, dan dari sini lah gue mulai ngefans dan kenal sama klub Liverpool.
ga percaya final itu serunya kaya apa ?? oke deh gue bakal share tulisan yang gue kutip dari note di FB tentang serunya perjuangan Liverpool meraih gelar ke 5 nya di UCL 2005. Cekidot *nyalain mesin lorong waktu
25 Mei 2005, 8 tahun yang lalu, Ataturk Stadium di kota
Istanbul, Turkey. Sebuah final kompetisi sepakbola terbesar Eropa baru
saja akan di mulai saat 2 team dari 2 negara berbeda datang ke stadium
tersebut untuk mencoba meraih mimpi mereka demi merebut sebuah
kehormatan tertinggi di kasta sepakbola Eropa. Mereka adalah AC Milan
dan Liverpool. Namun keduanya tidak akan mengira kalau final ini akan
menjadi final Liga Champion terhebat yang pernah ada. The Greatest
Comeback Final Ever, adalah julukan yang diberikan di saat akhir
pertandingan merujuk ke final dengan tingkat tensi tinggi selama 120
menit plus 9 menit waktu saat adu penalty dilakukan. Final ini bukan
saja mempertarukan gengsi antara kedua kutub sepakbola yang mempunyai
gaya yang bermain berbeda melainkan juga pembuktian apakah Liverpool
mampu mematahkan kutukan 20 tahun sejak terakhir Liverpool menjuarainya
1984 di Roma sebelum Liverpool vakum dari keikutsertaan mereka di Liga
Champions akibat hukuman selama 5 tahun dri UEFA atas tragedy Hesyel di
tahun 1985. Liverpool membawa serta 18 punggawanya ke Atartuk Stadium
tanpa terkecuali Dietmar Hamman yang 3 hari sebelumnya mengalami masalah
dengan hamstring namun dia tidak akan pernah menyangka bahwa perannya
nanti sangat vital.
Liverpool memulai babak kedua dengan
bermain langsung menyerang. Sebuah gebrakan Harry Kewell tercipta
setelah menang duel lari man to man lawan salah satu bek Olympiakos.
Kewell melepaskan sebuah umpan manis ke kaki Sinama Pongolle dan membawa
Liverpool menyamakan kedudukan 1-1. Liverpool makin percaya diri.
Liverpool butuh 2 gol lagi sampai akhrnya Neil Mellor membawa Liverpool
unggul setelah memanfaatkan kemelut di depan gawang Nikopolidis. 2-1
untuk Liverpool. Keunggulan tersebut nyatanya belum cukup untuk
memastikan Liverpool lolos ke fase knock out. Liverpool mulai mengurung
pertahanan Olympiakos. Momen yang ditunggu akhirnya datang. Carra yang
saat itu naik membantu serangan Liverpool mengirimkan sebuah umpan
lambung ke kepala Mellor. Neil Mellor yang melihat posisi Stevie kosong
langsung pantulkan bola tersebut ke tengah tepat di jarak bidikan Stevie
G. Steven Gerrard yang sudah dari tadi menunggu akhirnya menemukan
posisi yang pas untuk membidik bola tersebut. Sebuah tendangan setengah
first time dengan tingkat akurasi 100% tepat plus daya hujam yang keras
membuat satu stadion Anfield bersorak riuh.
Steven Gerrard bawa
Liverpool unggul 3-1 ata Olympiakos pada salah satu malam comeback hebat
pada season tersebut. Komentator Sky Sport saat itu Andy Gray dan
Martin Tyler pun sampai teriak “ Oh beauty, What a hit, son “
berulang-ulang 2 komentaor itu puji gol Stevie G (Panggilan akrab
gerrard). Atmosfer satu stadion Anfield pun berubah darinya tadi tegang
sampe ke ubun-ubun menjadi sebuah kelegaan massal.
Liverpool lolos Inilah
awal yang menyakinkan Liverpool yang maju ke fase knock-out sebagai
runner up group menemani AS Monaco yang menjadi juara Grup A. Liverpool
unggul perbedaan goal dari Olympiakos walaupun sama-sama mempunyai poin
10, Liverpool yang lolos dari lubang jarum. Di fase
knock-out Liverpool dipertemukan juara grup B,Bayern Leverkusen. yang
mengungguli Madrid di grup B. Liverpool Seperti tanpa kesulitan.
Liverpool melenggang di dua pertemuan kandang dan tandang yang
masing-masing tercipta skor 3-1 sehingga menciptakn agregat besar 6-2.
Luis Garcia, Milan Baros, John Arne Risse, Didi Hamman masing-masing
menyumbangkan goal di kedua pertemuan melawan Leverkusen.
Pada
drawing yang dilakukan di markas besar UEFA di Nyon, Swiss, Liverpool
dipertemukan dengan Juventus di perempat final. Semua orang tertuju pada
peristiwa paling memilukan publik sepakbola Eropa 23 tahun yang lalu,
Tragedi Hesyel yang menewaskan 39 suporter. Polemik sempat muncul akan
adanya isu boikot pertandingan oleh pihak keluarga korban terutama fans
Juventus namun hal tersebut tidak terjadi. Pertandingan pertama di gelar
di Anfield.Diawali sebuah upacara penghormatan untuk 39 korban tragedy
Hesyel. Upacara ini juga dihadiri oleh dua legenda masing-masing klub,
Ian Rush dan Platini.
upacara itu tidak mengurangi tensi
pertandingan saat dimulai. Sami Hyypia buka keunggulan Liverpool melalui
tandukannya setelah memanfaatkan sepak pojok. 1-0 Liverpool. Tak
berselang berapa lama, Luis Garcia memperlihatkan sebuah tendangan
spektakular dari jarak sekitar 25 meter menghujam jala Gigi Buffon. 2-0
keunggulan Liverpool pada babak pertama. Gambaran para suporter saat
itum Liverpool bakal lewati babak kedua dengan mudah. Namun tidak...Di
babak kedua Juventus mulai bermain menyerang sampai pada akhirnya
lemahnya kordinasi lini belakang Liverpool mampu dimanfaatkan Fabio
Cannavaro mencetak goal tandang untuk Juventus yang mungkin menjadi
modal utama Juve untuk habisi LFC di Turin. Pertemuaan kedua berlangsung
di Turin, Juventus minimal memerlukan kemenangan 1-0 atas Liverpool
untuk memuluskan jalan mereka ke semifinal. Namun Liverpool adalah
Liverpool, dengan segalah kegigihan sampai akhir pertandingan,
keunggulan 2-1 dari Anfield mampu dijaga Liverpool. Liverpool yang saat
itu langsung dicap bermain super defensive dan sedikit pragmatis oleh
Juventus, namun Rafa Benitez menolak berkomentar.
Liverpool
melenggang ke semifinal dan ditunggu Chelsea. Chelsea yang saat itu
dipredikatkan sebagai tim kaya baru tidak mampu memperlihakan sisi uang
mereka saat mereka ditahan LFC di Stamford Bridge dengan skor 0-0
Di
Anfield, Mou tetap dengan raut muka Songongnya sengaja menuliskan
sebuah tulisan di kaca depan bus yang membawa Chelsea ke Anfield. Dalam
tulisan tersebut tertulis “Yang dua telah tumbang, satu lagi menyusul “
namun nampaknya tulisan tersebut tidak berpengaruh di lapangan. Babak
pertama, kedua tim bermain dengan tempo biasa.
Chelsea pun
merasakan keriuhan Anfield sehingga mereka sulit mengembangkan
permainan. Stevie G melakukan sebuah pergerakan mencari kawan,menemukan
Milan Baros berlari cepat masuk dengan ke dalam kotak penalti Chelsea,
Baros menemukan Petr Cech siap menyergap bola tersebut dan hasilnya Cech
malah meninju muka Milan Baros dan bola pun bergerak liar. Bola liar
pun langsung disambar Luis Garcia yang berdiri bebas. Bola langsung
menuju ke gawang kosong sebelum disapu oleh Gallas yang datang dari
entah kemana ditemani John Terry yang tidak mampu berbuat apa-apa.
Tidak
ada yang tahu sampai sekarang apakah bola tersebut melewati garis apa
tidak, yang jelas hakim garis langsung memberikan tanda kalau bola telah
lewat garis gawang. wasit mengesahkan goal tersebut Liverpool bersorak.
Walaupun
misalnya pas waktu itu gol Luis Garcia gak disahkan oleh wasit,
Liverpool tetap berhak diberikan sebuah penalti atas pelanggaran yang
dilakukan Cech. Di babak kedua, Chelsea semakin bermain menyerang dan
tidak memperdulikan lini pertahanan mereka yang semakin terbuka. Namun
hasil yang mereka dapat karena kesombongan mereka hanyalah sebuah isapan
jempol karena Liverpool mampu keluar sebagai pemenangnya. Setelah wasit
meniupkan peluit panjang, Euforia Anfield meledak bagaikan sebuah
peluncuran roket antarikasa.Liverpool ke final Liga Champions. Steven
Gerrard dkk langsung melakukan selebrasi dan merayakan semuanya ke
setiap sudut lapangan Anfield. Final ke 6 untuk Liverpool. Sementara itu
Jose Mourinho yang langsung diwanwancarai wartawan mengatakan bahwa dia
tidak akan pernah mengakui goal Luis Garcia tersebut. Dia menggangap
keriuhan Anfield-lah yang mencetak gol tersebut serta menyebut keputusan
hakim garis telah diintervensi oleh para suporter. Namun ocehan Mou
tersebut hanya dianggap angin lalu karena dalam kenyataan Liverpool
berhasil melaju ke final lagi setelah 22 tahun lamanya. Liverpool segera
bersiap untuk sebuah final paling bersejarah di kasta sepakbola
tertinggi di Eropa.
Setelah menyelesaikan seluruh sisa
pertandingan di EPL. Liverpool hanya mampu finish di peringkat ke 5 di
bawah Everton, Liverpool sadar satu-satunya jalan yang harus Liverpool
tempuh demi kembali ke Liga Champions musim depan adalah memenangi laga
pamungkas di Istanbul itu. Di luar teknis pertandingan, pemerintahan
Turki sempat meragukan Final ini akan berjalan mulus dikarenakan
ketakutan mereka akan ulah Hooligans yang datang ke Istanbul dan
ketakutan mereka tidak terbukti. Final tersebut dijaga 6000 petugas
keamanan. Namun yang lebih ditakutkan oleh panitia adalah membeludaknya
penonton yang datang ke Turki. 100.000 orang diperkirakan datang ke
Istanbul Alokasi tiket untuk final ini disediakan sekitar 65.000 tiket
dengan pembagian setiap tim kebagian 20.000 dan 7.500 nya dijual via
Online dan sisanya dialokasikan untuk kegiatan Football Family. Dalam
waktu beberapa hari setelah dibuka, tiket final tersebut ludes.
pun
melaporkan sekitar 30.000 Liverpuldian melakukan perjalanan ke Istanbul
melalui jalan darat maupun udara namun hanya sekitar 20.000 suporter
yang akan kebagian tiket menonton. Sisanya memadati pub-pub dipinggiran
stadion Sebelum pertandingan banyak yang meragukan Liverpool akan keluar
sebagai pemenang karena hanya dijadikan team underdog. Dan banyak
komentar tersebut datang dari fans United seperti yang dikatakan oleh
Rob Smyth, seorang pengurus Manutd fans. " Aku tidak pernah mengerti
kenapa semuanya menyampah untuk mendukung Liverpool. Saya pikir,
Liverpool akan dihabisi Milan " Rob Smyth. Namun Stevie G balas semua
komen negatif tersebut dengan kalimat " Lifting the trophy has to be the
best feeling ever (menyindir)". Dalam bursa taruhan pun, hampir 74 %
betting bookers manaruh uang mereka untuk kemenangan AC Milan. Yang
paling mencolok lagi adalah mengenai pakaian yang dikenakan. Saat
Liverpool tiba di Stadium, para pemain hanya menggenakan setelan pakaian
training santai dengan style seadanya dan yang beda adalah Saat pemain
AC Milan semua pemain turun dari bus dengan setelan jas bermerek serta
sepatu Van Tovel hitam mengkilat. Namun semua hal yang meremehkan
Liverpool tersebut, akan segera berakhir.....
Liverpool
berutung bisa memilih jersey warna apa yang akan mereka pakai.Jersey
merah yang mereka kenakan saat final dengan putih untuk Milan
dikarenakan Liverpool yang menjadi tuan rumahnya. Wasit yang memimpin
pertandingan final saat itu yang dipilih UEFA adalah Manuel Mejuto
GonzĂ¡lez, wasit asal Spanyol yg dikenal tegas. Mejuto Gonzales dibantu
Clemente Plou, Oscar Samaniego sebagai hakim garis dan Arturo Dauden
IbĂ¡Ă±ez sebagai wasit keempat.
Liverpool: Dudek, Finnan, Carragher,
Hyypia, Traore, Luis Garcia, Gerrard, Xabi Alonso, John Arne Riise,
Harry Kewell, Milan Baros. Subtitusinya: Scott Carson, Josemi, Dietmar
Hamann, Antonio NĂºĂ±ez, Igor Bišćan, Djibril CissĂ©, VladimĂr Å micer
AC
Milan: Dida, Cafu, Jaap Stam, Nesta, Paolo Maldini, Gennaro Gattuso,
Andrea Pirlo, Clarence Seedorf; Kaka, Hernan Crespo, Shevchenko. Milan
subtitusi: Christian Abbiati, Kakha Kaladze. Alessandro Costacurta. Rui
Costa, Vikash Dhorasoo, Serginho, Jon Dahl Tomasson
Skema
awal, Liverpool terapkan formasi 4-4-1-1 dengan menaruh Milan Baros
sebagai ujung tombak yang disupport Kewell dan Luis Garcia. Steven
Gerrard bertugas sebagai advance playmaker sedangkan Xabi sebagai
supplier. Ini lah hal yang pincang di babak pertama, Liverpool tidak
menyadari potensi serangan Milan yang bertumpu pada seorang
Kaka.Liverpool tidak memasang pemain penutup pergerakan Kaka. Sedangkan
Milan, format awal mereka di babak pertama memang mereka rancang untuk
menghabisi lini tengah Liverpool. Sedangkan Kaka dibiarkan bermain
sendirian dengan kreasi dia sendiri untuk melayani dua bomber AC Milan,
Shevchenko dan Crespo. Fakta yang menarik adalah, reporter BBC mencatat
bahwa keriuhan di stadion menjelang pertandingan, didominasi oleh fans
Liverpool dengan 1:7.
1' Wasit peluit kick off
untuk menandakan pertandingan telah dimulai. Baru berjalan sekitar 35
detik'an, Paolo Maldini berhasil menjebol gawang Dudek lewat tendangan
volinya. Maldini memanfaatkan free kick Andrea Pirlo dari sisi kiri
pertahanan Liverpool. Pirlo dengan jeli melihat situasi kelemahan
pertahanan LFC. 18' Harry Kewell menambah daftar panjang penderitaan
Liverpool dibabak pertama. Lututnya tidak mampu lagi untuk melanjutkan
final. Smicer masuk menggantikan Kewell. 20.000 traveling kop yang
datang ke Ataturk tidak henti-hentinya memberikan nyanyian, teriakan
agar para pemain LFC bangkit. Sebelum persis memasuki menit ke 38,
Liverpool lebih sedikit bisa menekan, namun pergerakan Kaka lagi-lagi
menjadi masalah yg dikhawatirkan. Dan akhirnya petaka ke 2 pun datang,
Luis Garcia dijatuhkan Nesta dalam kotak penalti Milan. Namun wasit
mengacuhkan kejadian tersebut. Pertahanan LFC tidak siap menerima
serangan balik yang dilakukan Sheva sampai dia memberikan sodoran dari
kiri hingga menemui Crespo. Crespo dengan mudah menceploskan bola ke
gawang Dudek tanpa pengawalan berarti. 2-0 untuk Milan. Peruntungan AC
Milan tidak habis disitu saja,beberapa menit kemudian, Kaka kembali
menjadi malapetaka. Pergerakan dia ditengah lolos dari pengawasan Xabi
Alonso dengan cerdik melihat pergerakan tanpa bola Crespo.Langsung saja
dia lambungkan bola,dan mampu dikontrol Crespo tanpa ada kesulitan
menaklukkan Jerzy Dudek. Jamie Carragher tak sempat menjangkau Crespo
saat itu karena sudah kalah pace duluan. 3-0 untuk AC Milan. Sebuah
bencana yang krusial bagi Liverpool dimana mereka tidak mampu menahan
Milan.
Half time:
apa sebenarnya yang dilakukan Rafa Benitez
saat berada di dressing room untuk membangkitkan rasa semangat pemain
Liverpool yg tengah drop? inilah beberapa pernyataan pemain Liverpool
yang berada di dressing room......
Steven Gerrard: Rafa
masuk ke ruang ganti, menenangkan kita semua, menulis sesuatu di papan
taktik dan dia berkata " yang harus kita lakukan hanyalah mencoba
mencetak goal seawal mungkin dan itu akan merubah segalanya, percaya "
aku hanya duduk termenung dan berpikir kalau semuanya telah berakhir
saat itu "
Jerzy Dudek: " Rafa hanya mengatakan bahwa kita
adalah Liverpool Football Club dan kita tidak mungkin terbantai. ikuti
suara-suara riuh fans di luar sana "
Djimi Traore: " Saat
kami sedang berada di ruang ganti, kami semua mendengar AC Milan sedang
merayakan kemenangan mereka di babak pertama mereka merayakan seolah
mereka telah juara. Namun mereka tak sadar bahwa mereka lah yang memicu
rasa 'lapar' kami di babak kedua "
Luis Garcia: " Saat
kami semua duduk termenung diruang ganti, kami mendengar para fans tanpa
henti menyanyikan YNWA di luar sana, apa kamu bisa membayangkannya?
kita tertinggal 3-0 dalam sebuah final namun 45.000 fans masih percaya
kalau kita mampu bangkit."
Lanjut ke babak kedua,
babak baru di mana sejarah baru akan tercipta dan babak baru akan hal
yang tidak mungkin bisa dilupakan. Di babak kedua, Rafa memutuskan untuk
memainkan Didi Hamann yang akan diplot sebagai holding and supplying
midfielder agar Stevie dapat leluasa memainkan perannya sebagai dirijen.
Xabi masih diplot sebagai supplier bola ke berbagai arah. Didi Hamann
masuk mengantikan Finnan. Dengan masuknya DIdi Hamann secara otomatis,
Liverpool bermain dengan 5 gelandang dengan Didi bantu cover Stevie.
Luis Garcia menemai Baros di depan. Xabi Alonso tenang sebagai supplier
sekaligus defensive midfielder.Traore digeser masuk agak dalam
pertahanan.pusat serangan ada di Stevie
'54 Riise mencoba
mengirimkan sebuah cross ke kotak penalti AC Milan, namun masih dapat di
blok dan kesempatan kedua langsung dia manfaatkan Riise melihat Stevie
tanpa pengawalan berada di dalam kotak penalti lawan, langsung dia kirim
cross,sebuah tandukan Stevie masuk ke pojok kanan gawang Dida yang saat
itu sudah mati langkah. 1-3 untuk Liverpool. Kapten Stevie langsung
mengangkat kedua tangannya dan mengayunkan ke atas sampai 4 kali sebagai
sinyal " hayo bangkit, hayo bangkit " dan dari momen itulah,Liverpool
menemukan kembali semangat bertanding mereka.
Hanya dalam tempo 2
menit setelah terjadinya goal pertama, Liverpool kembali menunjukkan
kelasnya dengan mengurung habis pertahanan AC Milan. Vladimir Smicer
melepaskan tendangan geledek berjarak sekitar 20 meter dan meluncur
akurat ke sudut pojok gawang Dida. Thanks to Carra yang melihat posisi
leluasa Smicer.
Dan 3 menit kemudian, sebuah pergerakan tanpa bola
Stevie masuk ke dalam kotak penalti untuk sodoran dari kanan. Dengan
pengawalan ketat dari Gennaro Gattuso dan dengan sedikit trik gravitasi
bumi dari Stevie, dia terjatuh. dan wasit langsung menunjukkan titik
putih dan Liverpool mendapatkan penalti. Para pemain Milan langsung
menghampiri sang wasit namun wasit tetap dengan pendiriannya. Xabi
Alonso ditunjuk sebagai algojo. Xabi Alonso menendang bola ke arah kiri
namun masih dapat diblok Dida, bola rebound langsung disambar Xabi yang
lebih cepat bergerak. 3-3 kenyataan yang ada di papan skor. Dramatis,
satu kata yang bisa menggambarkan apa yang dilakukan pemain Liverpool
dalam tempo 6 menit saja.
Liverpool mulai mengendurkan
serangan ketika memasuki menit ke 84. Rafa memasukkan final change yaitu
Cisse mengantikan Baros. Sedangkan Milan? Carletto memperbaharui
amunisi serangan dengan memasukkan Jon Dahl Tomasson menggantikan Crespo
serta Serginho for Seedrof. Sampai akhir babak kedua skor berubah
drastis. 3-3, semua fans Liverpool tak hentinya menyanyikan YNWA, Fields
of anfield road dan lain-lainnya. Pertandingan dilanjutkan melalui
babak extra time. Stevie sekarang diplot sebagai bek kanan untuk
membantu pertahanan Liverpool. Di extra time 1 dan 2, semuanya jadi
milik Milan dan Jerzy Dudek. Di kedua babak ini, Milan menekan penuh
namun Dudek lah yang jadi pusat perhatian. Karena setidaknya ada 3 saves
penting di interval tambahan ini. Yang terheroik saat mementahkan 2
peluang emas depan mulut gawang oleh Sheva dalam satu momen.
Akhirnya
pertandingan harus dilanjukan ke babak tos-tosan a.k.a adu penalti.
Rafa menunjuk Hamann,Cisse,Smicer,Riise sebagai algojo pertama.
Sementara itu, Carletto menunjuk Serginho, Pirlo, Kaka, Tomasson dan
Sheva sebagai algojo mereka. Penendang pertama AC Milan, Serginho
melayangkan bola entah kemana, Didi Hamann menyelesaikan tugasnya dengan
baik walaupun dia sempat mengeluh sakit di kakinya saat babak extra
time. Pirlo juga menjadi penendang yg gagal setelah tendangannya
dimentahkan Dudek. Cisse yang pada pertandingan terakhir vs Aston Villa
mencetak goal lewat titik penalti, kali ini dia sukses pula
mempecundangi Dida. 2-0. Jon Dahl Tomasson maju dan menyelesaikan
tendangan dengan baik membuat score pertama Milan dalam adu penalti
sebelum Smicer datang dan memperpanjang jarak menjadi 3-1.Kaka
berikutnya ambil giliran, tanpa cacat dia ceploskan bola walaupun Dudek
sudah melakukan apa yang dianjurkan Carra untuk mengikuti goyangan
spagetti ala Bruce Grobbelaar. 3-2. Riise maju untuk mengesekusi
penalti, namun sayang tendangannya masih mampun dimentahkan DIda. Dan
penendang terakhir datang, Andriy Shevchenko menghadapi Dudek. Sheva
taruh bola, ambl bidikan ke tengah,namun dia salah perhitungan
waktu.Dudek sudah salah gerak,tapi bola masih dapat teraih dirinya.
LIVERPOOL BERSORAK!!!!!!!
LIVERPOOL ARE THE CHAMPION OF
THE EUROPE, AGAIN. Akhirnya setelah penantian panjang 20 tahun lamanya,
Liverpool berhasil memecahkan kutukan 20 tahun lamanya. Sebuah
pertandingan paling dramatis yang pernah ada, yang paling menyedot
banyak perhatian dan yang paling banyak menyimpan nilai kehidupan. Atas
raihan gelar kelima ini, Liverpool dianugerahi UEFA Badge Of Honour atas
keberhasilan mereka meraih trofi eropa yang kelima yang artinya
Liverpool berhak untuk menyimpan trophy asli Liga Champions.
Gimana, seru kan finalnya ?? menegangkan, dramatis dan happy ending banget buat Liverpool dengan segala perjuangannya akhirya bisa meraih trofi UCL untuk yang ke 5 kalinya. #WeWonItFiveTimes
THE END
Komentar